Petani menyiapkan lahan sebelum ditanami padi di Tabanan, Bali,
Kamis (4/4/2013). Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras
yang tinggi serta tata kelola pertanian dan perdagangan beras yang belum
baik membuat Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi
kebutuhan.
Menyusutnya lahan pertanian itu harus segera diantisipasi, agar bisa mencukupi kebutuhan rakyantanya yang berjumlah kurang lebih 890 ribu orang. Hal itu dikatakan Wali Kota Malang Peni Suparto pada acara Gerakan Diversifikasi Pangan, di Malang, Kamis (11/4/2013). "Antisipasinya, harus melakukan diversifikasi pangan untuk mengubah mindset masyarakat," jelas Peni.
Makanan pokok, jelas Peni, tak hanya nasi. Singkong dan jagung juga bisa menjadi makanan pokok. "Swasembada pangan harus dilakukan agar Kota Malang tidak bergantung ke beras yang harus dibeli dari daerah luar Kota Malang," katanya.
Menurut Peni, lahan pertanian di Kota Malang semakin menyusut. Ancaman yang telah terjadi kekurangan beras. "Saat ini Kota Malang sudah kekurangan beras. Kebutuhan beras Kota Malang mencapai 167.000 ton per tahun. Sementara, produksi beras hanya 73.000 ton dengan lahan seluas 1.282 hektar. Jadi, Kota Malang membutuhkan tambahan 94.000 ton beras, yang harus dibeli dari luar Kota Malang," katanya.
Diversifikasi pangan di Kota Malang bisa dilakukan dengan cara mengubah konsep dasar pemikiran masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras. Sebab masih ada bahan makanan pengganti beras yang tidak kalah kandungan gizi dan karbohidratnya.
"Kita akan menggalakkan dan memperkenalkan konsumsi beras cerdas. Beras cerdas itu bahan bakunya dari tepung singkong yang gizinya tak kalah dengan nasi," beber Peni.
Pada 2013, Pemerintah Kota Malang akan mencoba mulai memproduksi dan memperkenalkan beras cerdas yang diproduksi produsen asal Blitar dan bekerja sama dengan Universitas Jember.
Dalam kesempatan yang sama, produsen beras cerdas asal Blitar, Hendro Wahyudi, mengungkapkan, Kota Malang merupakan salah satu target wilayah pemasaran beras cerdas pada 2013. "Kami harap beras cerdas bisa memantu program diversifikasi pangan yang digalakkan oleh pemerintah," katanya.
Beras cerdas jelas Hendro, baru diproduksi dan dikembangkan di awal 2013. Saat ini sudah dipromosikan di sejumlah daerah di Jawa Timur. "Beras cerdas ini, harganya sama dengan beras biasa, namun manfaat gizinya lebih banyak karena tidak mengandung kolesterol," kata Hendro.
Dari data yang dimiliki Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi (DPN-Repdem), lahan pertanian di Kota Malang terus menyusut.
Menurut Ketua DPN Repdem Bidang Penggalangan Tani, Sidik Suhada, alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian di Kota Malang sudah sangat memprihatinkan. Padahal pada 2007 luas lahan pertanian di Kota Malang masih sebesar 1.550 hektare atau terus menyusut menjadi 1.400 hektare pada 2009, dan 2012 tinggal 1.300 hektare.
"Penyusutan lahan pertanian ini cukup membahayakan dan harus segera diantisipasi," harapnya.
Editor :
Kistyarini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar